infoemas.id – Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara) berencana memangkas jumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di sektor asuransi. Ke depan, hanya tiga perusahaan asuransi BUMN yang akan dipertahankan. Keputusan ini didasarkan pada evaluasi kinerja keuangan masing-masing perusahaan.
PT Jasa Raharja: Laba Meningkat Signifikan
PT Jasa Raharja menunjukkan kinerja positif dengan membukukan laba setelah pajak sebesar Rp 1,20 triliun hingga September 2025, meningkat dari Rp 871,31 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan laba ini ditopang oleh lonjakan pendapatan premi menjadi Rp 4,07 triliun, naik dari Rp 3,47 triliun pada tahun sebelumnya. Selain itu, premi neto juga tercatat naik menjadi Rp 3,97 triliun dari Rp 3,35 triliun. Pendapatan underwriting perseroan turut melonjak menjadi Rp 3,78 triliun dari Rp 3,37 triliun di September 2024. Jumlah beban underwriting tercatat sebesar Rp 2,67 triliun, menyusut tipis dari posisi September 2024 yang sebesar Rp 2,71 triliun. Jumlah aset perseroan tercatat meningkat menjadi Rp 17,08 triliun dari Rp 15,32 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Rasio solvabilitas perseroan tercatat sebesar 828,12%.
PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo): Laba Meningkat
PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo) juga mencatatkan kinerja positif dengan membukukan laba setelah pajak sebesar Rp 117,04 miliar hingga Agustus 2025, meningkat signifikan dari Rp 20,22 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Laba perseroan ditopang oleh premi bruto yang meningkat menjadi Rp 2,71 triliun dari Rp 2,43 triliun. Premi neto tercatat sebesar Rp 1,43 triliun, naik dari Rp 1,35 triliun pada periode Agustus 2024. Dari sisi klaim neto, Jasindo mencatat penurunan menjadi Rp 792,96 miliar dari Rp 823,54 miliar pada periode sebelumnya. Jumlah beban underwriting perseroan hingga Agustus tercatat sebesar Rp 815,91 miliar. Jumlah aset perseroan tercatat sebesar Rp 15,08 triliun dengan rasio solvabilitas sebesar 162,58%.
PT Asuransi Jiwa IFG (IFG Life): Kerugian
Berbeda dengan dua perusahaan sebelumnya, PT Asuransi Jiwa IFG (IFG Life) mencatatkan kerugian setelah pajak sebesar Rp 119,28 miliar hingga September 2025, berbanding terbalik dengan laba sebesar Rp 153,44 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Pendapatan premi tercatat sebesar Rp 5,16 triliun, dengan premi reasuransi sebesar Rp 1,18 triliun. Pendapatan premi neto perseroan tercatat sebesar Rp 3,74 triliun. Namun, beban klaim dan manfaat meningkat menjadi Rp 4,35 triliun dari Rp 3,88 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Beban usaha juga tercatat meningkat menjadi Rp 898,81 miliar dari Rp 680,59 miliar. Jumlah utang perseroan tercatat sebesar Rp 1,93 triliun, meningkat signifikan dari Rp 685,77 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Total aset perseroan tercatat sebesar Rp 33,91 triliun, menurun tipis dibandingkan dengan Rp 34,77 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Rasio solvabilitas (RBC) perseroan tercatat sebesar 214,97%.
PT Asabri (Persero): Neraca Ekuitas Negatif
PT Asabri (Persero) tidak mempublikasikan laporan keuangan terbaru di laman resminya. Namun, berdasarkan pemberitaan terakhir, Asabri masih membukukan neraca ekuitas negatif sebesar Rp 1,069 triliun sepanjang tahun 2023. Kondisi keuangan perusahaan berangsur membaik dibandingkan tiga tahun yang lalu, di mana Asabri mengalami ekuitas negatif hingga Rp 13,30 triliun. Penurunan nilai aset perusahaan terjadi karena hampir 71% aset tidak produktif. Keuangan negatif ini disebabkan oleh rasio klaim yang tinggi, yang menyebabkan defisit pembayaran klaim pada 2017 hingga 2024 hingga Rp 1,74 triliun. Total defisit klaim dan pembayaran premi tahun 2025-2034 diperkirakan akan mencapai Rp 4,19 triliun. Defisit ini dipenuhi dari hasil investasi dan pelepasan aset investasi. Direktur Utama Asabri, Wahyu Suparyono, mengungkapkan bahwa hasil investasi digunakan untuk membayar biaya operasional penyelenggaraan program THT.
