infoemas.id – Pada 24 September 2025, Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk tahun 2025 dan 2026 menjadi 4,9%. Revisi ini didasarkan pada faktor-faktor seperti pelonggaran moneter, peningkatan investasi publik, dan konsumsi domestik yang kuat. Namun, OECD juga memperingatkan bahwa inflasi dapat meningkat dari 1,9% pada 2025 menjadi 2,7% pada 2026 akibat depresiasi rupiah.
Pengaruh Kebijakan Bank Indonesia terhadap Stabilitas Rupiah
Bank Indonesia (BI) telah menyatakan komitmennya untuk mempertahankan stabilitas nilai tukar rupiah. Gubernur BI, Perry Warjiyo, menegaskan bahwa bank sentral akan menggunakan semua instrumen yang tersedia secara tegas untuk menstabilkan rupiah, termasuk intervensi di pasar spot dan pasar non-kontrak berjangka (NDF), serta pembelian obligasi pemerintah. Meskipun demikian, pada 26 September 2025, rupiah tercatat melemah 0,3% menjadi Rp16.762 per dolar AS, mencapai level terendah sejak April 2025.
Sentimen Pasar dan Proyeksi Nilai Tukar Rupiah
Meskipun ada tekanan eksternal, seperti ketegangan geopolitik dan kebijakan moneter The Fed yang hati-hati, sentimen pasar terhadap rupiah menunjukkan kecenderungan positif. Proyeksi nilai tukar rupiah diperkirakan akan bergerak fluktuatif dalam kisaran Rp16.680 hingga Rp16.730 per dolar AS, dengan potensi penguatan jika faktor-faktor domestik mendukung.
Tantangan Eksternal yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah
Meskipun ada upaya untuk menstabilkan rupiah, tantangan eksternal tetap menjadi faktor yang mempengaruhi nilai tukar. Ketegangan geopolitik, seperti konflik Rusia-Ukraina, dan kebijakan moneter The Fed yang belum jelas dapat mempengaruhi aliran modal dan sentimen investor terhadap rupiah. Selain itu, defisit anggaran yang tercatat sebesar 1,35% dari PDB pada Januari hingga Agustus 2025 juga dapat mempengaruhi stabilitas fiskal dan nilai tukar rupiah.
Nilai tukar rupiah menunjukkan penguatan tipis pada 24 September 2025, didorong oleh revisi proyeksi ekonomi Indonesia oleh OECD. Meskipun ada tantangan eksternal dan tekanan terhadap nilai tukar, kebijakan Bank Indonesia dan faktor domestik yang mendukung dapat memberikan stabilitas bagi rupiah ke depan. Investor dan pelaku pasar diharapkan untuk memantau perkembangan selanjutnya dan mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar rupiah dalam pengambilan keputusan investasi.
