Harga Emas Dunia Tembus Rekor US$3.600 per Troy Ounce pada 6 September 2025

infoemas.id –  Pada Sabtu, 6 September 2025, harga emas dunia mencatatkan rekor baru, menembus level psikologis US$3.600 per troy ounce. Lonjakan harga emas terjadi setelah rilis data ketenagakerjaan Amerika Serikat menunjukkan kinerja pasar tenaga kerja yang lebih lemah dari perkiraan. Kondisi ini memperkuat ekspektasi pasar bahwa Federal Reserve (The Fed) akan memangkas suku bunga pada pertemuan September 2025, sehingga meningkatkan daya tarik emas sebagai aset safe haven.

Faktor Utama Pendorong Lonjakan Harga Emas

Beberapa faktor memicu kenaikan harga emas secara signifikan. Pertama, laporan ketenagakerjaan AS yang lebih lemah dari perkiraan membuat investor menilai ekonomi Amerika Serikat menghadapi perlambatan moderat. Hal ini meningkatkan ekspektasi pemangkasan suku bunga, sehingga emas menjadi lebih menarik karena tidak menawarkan imbal hasil tetap, namun tetap menjaga nilai.

Kedua, spekulasi pemangkasan suku bunga The Fed terus memicu optimisme pasar. Investor melihat peluang emas sebagai aset lindung nilai dari ketidakpastian ekonomi global. Ketiga, kelemahan dolar AS turut memperkuat tren kenaikan emas. Saat dolar melemah, harga emas yang dihitung dalam dolar menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lain, sehingga meningkatkan permintaan global.

Selain itu, ketidakpastian geopolitik dan volatilitas pasar keuangan mendorong investor mengalihkan aset ke logam mulia. Sentimen ini mencerminkan preferensi global terhadap investasi yang lebih aman selama kondisi ekonomi dan moneter tidak menentu.

Pergerakan Harga Emas di Pasar Spot

Di pasar spot, harga emas pada Jumat, 5 September 2025, tercatat naik 1,3% menjadi US$3.592,50 per troy ounce. Kenaikan ini menunjukkan respons cepat pasar terhadap data ketenagakerjaan AS dan ekspektasi suku bunga. Tren positif ini menandakan bahwa investor global terus memperkuat posisi di emas sebagai perlindungan dari risiko pasar saham dan fluktuasi mata uang.

Harga emas dunia kini tidak hanya dipengaruhi oleh faktor domestik Amerika Serikat, tetapi juga oleh kondisi ekonomi global, termasuk permintaan dari negara-negara konsumen emas besar seperti China dan India. Lonjakan harga emas di pasar spot mencerminkan interaksi kompleks antara kebijakan moneter, kondisi ekonomi global, dan sentimen investor terhadap aset safe haven.

Proyeksi Harga Emas ke Depan

Beberapa lembaga keuangan internasional telah menyesuaikan proyeksi harga emas mereka menyusul lonjakan terbaru. UBS memprediksi harga emas bisa mencapai US$3.800 per troy ounce pada akhir 2025 dan berpotensi menembus US$3.900 pada pertengahan 2026 jika tren permintaan tetap kuat. Goldman Sachs bahkan memperkirakan harga emas dapat menembus US$4.000 per troy ounce apabila minat investor global terus meningkat.

Para analis menekankan bahwa, meski prospek kenaikan masih kuat, investor perlu memperhatikan potensi koreksi jangka pendek. Level support penting diperkirakan berada di sekitar US$3.465 per troy ounce. Oleh karena itu, pengelolaan risiko dan diversifikasi portofolio menjadi langkah krusial bagi investor yang ingin memanfaatkan momentum pasar emas global.

Implikasi bagi Investor dan Pasar

Kenaikan harga emas memberikan peluang positif bagi perusahaan pertambangan emas dan investor yang memegang aset fisik atau kontrak berjangka. Saham-saham pertambangan emas cenderung menunjukkan performa lebih baik selama tren harga naik. Di sisi lain, fluktuasi harga emas memerlukan strategi yang matang, termasuk pengaturan timing jual-beli dan diversifikasi aset.

Investor disarankan terus memantau data ekonomi global, pergerakan suku bunga, dan nilai tukar dolar AS. Informasi ini penting untuk menentukan waktu beli atau jual emas dan sekaligus mengelola risiko fluktuasi harga.

Secara keseluruhan, harga emas dunia mencatatkan rekor tertinggi pada 6 September 2025, dipicu oleh pelemahan data ketenagakerjaan AS, ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed, dan kelemahan dolar. Tren ini menawarkan peluang bagi investor, namun tetap menuntut kewaspadaan terhadap potensi koreksi dan fluktuasi pasar global.

nita mantan steamer