Emas Fisik vs Emas Digital di 2025: Strategi Investasi di Tengah Gejolak Ekonomi Global
infoemas.id – Tahun 2025 menjadi periode penuh dinamika bagi pasar emas Indonesia. Fluktuasi nilai tukar Rupiah, ekspektasi penurunan suku bunga The Fed, serta ketidakpastian geopolitik membuat emas—baik fisik maupun digital—kembali menjadi sorotan investor. Bank Indonesia (BI) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,1–5,3% tahun ini, namun menegaskan perlunya lindung nilai (hedging) terhadap volatilitas global.
Emas sebagai Safe Haven di Tengah Tekanan Nilai Tukar
Pergerakan harga emas di Indonesia sangat dipengaruhi kurs Rupiah terhadap Dolar AS. Data BI menunjukkan, setiap pelemahan Rupiah sebesar 1% cenderung mendorong kenaikan harga emas domestik 0,8–1%.
-
Emas Fisik: Keunggulannya terletak pada perlindungan langsung terhadap depresiasi Rupiah.
-
Emas Digital: Memiliki kecepatan transaksi tinggi, sehingga investor dapat merespons cepat perubahan kurs.
Respons BI dan Tren Suku Bunga
BI telah menurunkan BI-Rate menjadi 5,25% pada kuartal ketiga 2025 untuk merangsang pertumbuhan kredit. Kebijakan ini menurunkan imbal hasil deposito dan obligasi, mendorong investor mencari aset alternatif seperti emas.
-
Emas fisik mendapat dorongan permintaan jangka panjang karena dianggap aman dari inflasi.
-
Emas digital semakin dilirik untuk spekulasi jangka pendek karena mudah dibeli dan dijual lewat aplikasi resmi.
Data Pasar 2025
Menurut World Gold Council, permintaan emas global naik 5% YoY di semester pertama 2025. Indonesia mencatat:
-
65% pangsa pasar masih dikuasai emas fisik (batangan & perhiasan).
-
Pertumbuhan emas digital mencapai 27% YoY, didorong generasi milenial dan Gen Z.
-
Harga emas Antam 24 karat bergerak di kisaran Rp 1,94–2,02 juta/gram pada Agustus 2025.
Perbandingan dari Perspektif Makro
Aspek | Emas Fisik | Emas Digital |
---|---|---|
Perlindungan Inflasi | Tinggi, karena nilai riil terjaga | Sama, tergantung harga acuan global |
Sensitivitas Kurs | Tinggi, cocok untuk hedging Rupiah | Tinggi, plus fleksibilitas trading cepat |
Keterkaitan Kebijakan Moneter | Stabil saat suku bunga rendah | Lebih reaktif terhadap berita & sentimen pasar |
Potensi Arus Modal | Cocok untuk simpanan jangka panjang | Potensial untuk spekulasi jangka pendek |
Strategi Investasi di 2025
Ekonom merekomendasikan strategi diversifikasi portofolio emas:
-
60% emas fisik sebagai cadangan nilai dan agunan.
-
40% emas digital untuk memanfaatkan momentum jangka pendek dari pergerakan harga global dan kurs Rupiah.
Investor juga disarankan memilih platform emas digital yang diawasi OJK dan Bappebti, untuk meminimalkan risiko hukum dan keamanan siber.
Baik emas fisik maupun digital memiliki peran strategis dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi 2025. Dengan BI menjaga stabilitas moneter dan inflasi di kisaran target 2,5 ± 1%, emas tetap relevan sebagai instrumen lindung nilai. Pilihan antara keduanya bergantung pada tujuan investasi, toleransi risiko, dan kemampuan memanfaatkan momentum pasar.