Harga Emas Dunia Menguat Akibat Ketegangan Asia Timur, Indonesia Masih Stabil
infoemas.id – Harga emas global menunjukkan kenaikan tipis pada awal pekan Agustus 2025. Kenaikan ini terjadi setelah munculnya ketegangan militer antara dua negara besar di kawasan Asia Timur. Investor internasional mulai mencari aset aman, dan emas menjadi pilihan utama. Lonjakan permintaan dari pasar global seperti Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan turut memicu penguatan harga. Namun, penguatan ini belum bersifat tajam. Analis menyebutkan bahwa sentimen investor masih berhati-hati menanti respons lanjutan dari negara-negara besar lainnya.
Harga Domestik Belum Tersentuh Dampak Penuh
Di sisi lain, harga emas batangan di Indonesia belum menunjukkan kenaikan signifikan. Harga di pasar domestik hanya bergerak tipis dan belum mencerminkan gejolak global sepenuhnya. Data dari Bursa Efek Indonesia menyebutkan harga emas Antam naik sekitar Rp2.000 per gram dibanding hari sebelumnya. Kenaikan ini masih dalam batas normal dan tidak memicu aksi beli besar-besaran. Beberapa analis menilai nilai tukar rupiah yang relatif stabil menjadi salah satu faktor penahan lonjakan harga. Selain itu, permintaan lokal belum melonjak karena sebagian masyarakat masih fokus pada kebutuhan sekolah dan pasca-libur panjang.
Peluang Kenaikan Masih Terbuka Bila Konflik Berlanjut
Meskipun dampaknya saat ini belum terasa, analis meyakini harga emas di Indonesia bisa ikut melonjak bila ketegangan kawasan makin memburuk. Jika konflik berkembang menjadi krisis yang lebih luas, investor domestik kemungkinan akan mulai membeli emas sebagai aset pelindung. Peningkatan pembelian oleh investor institusi dan ritel bisa terjadi dalam waktu dekat. Faktor lain yang bisa mendorong harga adalah kemungkinan pelemahan rupiah jika arus modal asing keluar. Oleh karena itu, pelaku pasar diminta tetap waspada dan terus memantau situasi global secara saksama.
Strategi Diversifikasi Jadi Pilihan Investor Dalam Negeri
Beberapa manajer investasi di Indonesia mulai menyarankan kliennya untuk menambah porsi logam mulia dalam portofolio. Mereka menganggap emas masih relevan sebagai alat lindung nilai jangka menengah. Investor ritel pun mulai melirik emas ukuran kecil sebagai langkah antisipatif. Namun, mereka belum melakukan aksi beli besar karena menunggu sinyal yang lebih jelas. Kanal penjualan emas digital dan marketplace juga belum mengalami lonjakan transaksi berarti. Hal ini menunjukkan bahwa pasar masih mengamati kondisi geopolitik secara hati-hati sebelum bereaksi lebih lanjut.