Harga Logam Mulia Bergerak Beragam: Emas Melemah, Perak dan Paladium Menguat

Harga Logam Mulia Bergerak Beragam Emas Melemah Perak dan Paladium Menguat

Info Emas – Harga logam mulia menunjukkan pergerakan beragam pada perdagangan Selasa (8/7/2025), dengan emas mencatatkan penurunan akibat tekanan dari kenaikan imbal hasil obligasi Amerika Serikat (AS). Presiden AS Donald Trump yang kembali mengusulkan tarif dagang baru pada sejumlah negara turut memengaruhi dinamika pasar logam mulia global.

Emas Melemah Akibat Tekanan Imbal Hasil Obligasi AS

Harga emas di pasar spot tercatat turun sebesar 0,4% ke level US$ 3.323,24 per troy ons. Sementara itu, harga emas berjangka di AS turun 0,3% menjadi US$ 3.332,50 per troy ons. Penurunan ini sejalan dengan kenaikan imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun yang mencapai level tertinggi dalam dua minggu terakhir. Kenaikan ini membuat aset seperti emas yang tidak memberikan imbal hasil menjadi kurang menarik bagi investor.

Analis komoditas UBS, Giovanni Staunovo, mengatakan bahwa emas saat ini berada dalam situasi sulit. “Di satu sisi, penundaan batas waktu kesepakatan dagang oleh AS menjadi tekanan bagi harga emas, tetapi di sisi lain, rencana tarif lebih tinggi terhadap mitra dagang justru memberi sentimen positif untuk logam mulia sebagai aset aman,” ungkapnya.

Perak dan Paladium Mencatat Kenaikan Tipis

Berbeda dengan emas, logam mulia lain seperti perak justru mencatatkan sedikit penguatan. Harga perak spot naik tipis sebesar 0,1% dan diperdagangkan di angka US$ 36,76 per ons. Paladium juga mengalami kenaikan 0,2% ke level US$ 1.113,04 per ons, sedangkan platinum mengalami koreksi tipis 0,2% ke posisi US$ 1.368,08 per ons.

Penguatan ini sebagian didorong oleh peningkatan permintaan di sektor industri serta spekulasi investor terhadap ketegangan geopolitik yang masih membayangi pasar global.

Tarik Ulur Kebijakan Tarif Dagang dan Dampaknya pada Emas

Pemerintahan Trump diketahui telah menginformasikan kepada 14 negara bahwa tarif baru dengan kisaran 25% hingga 40% akan diberlakukan mulai 1 Agustus mendatang. Kebijakan ini menjadi fase lanjutan dalam ketegangan perdagangan internasional yang dimulai sejak April lalu.

China, sebagai mitra dagang utama. Memperingatkan bahwa tindakan sepihak AS bisa memicu gelombang balasan, terutama jika negara-negara lain sepakat mengecualikan Negeri Tirai Bambu dari rantai pasok global. Hal ini meningkatkan ketidakpastian di pasar, yang berpotensi kembali mendorong permintaan terhadap aset safe haven seperti emas.

Di sisi lain, kekhawatiran atas potensi lonjakan inflasi akibat kebijakan tarif membuat langkah bank sentral AS. The Federal Reserve, menjadi lebih hati-hati. Investor kini tengah menantikan risalah rapat The Fed bulan Juni untuk mengetahui arah kebijakan suku bunga ke depan. Yang dapat memberikan sinyal tambahan bagi pergerakan harga logam mulia.

nita mantan steamer