Harga Emas Dunia Melemah 1,8 Persen dalam Sepekan, Dipengaruhi Ketidakpastian Global

Minimnya Aksi AS di Timur Tengah Tekan Harga Emas

NEW YORK – Harga emas global mengalami penurunan sebesar 1,8 persen selama sepekan terakhir. Pelemahan ini disebabkan oleh belum adanya kepastian dari pihak Amerika Serikat (AS) terkait keterlibatan mereka dalam konflik yang sedang memanas antara Iran dan Israel.

Di sisi lain, sikap hati-hati Federal Reserve (The Fed) dalam menahan suku bunga juga turut menekan pergerakan harga logam mulia tersebut. Pada akhir perdagangan Jumat (25 April 2025), harga emas di pasar spot ditutup pada USD 3.368,68 per ons, menjadi titik terendah sejak 12 Juni 2025.

 

Perdagangan Emas Berjangka Juga Mengalami Koreksi

Harga emas berjangka di Comex New York Exchange juga mencatat penurunan sebesar 0,7 persen, dan ditutup di posisi USD 3.385,70 per ons pada perdagangan Jumat kemarin. Angka ini lebih rendah dibandingkan harga penutupan pekan lalu yang berada di USD 3.432,19 per ons.

Menurut analis logam mulia independen, Tai Wong, ketidakpastian yang ditunjukkan oleh pemerintahan AS dalam mengambil sikap terhadap konflik Iran-Israel membuat pasar emas kehilangan daya dorongnya. “Bisa jadi harga akan turun menuju level USD 3.250 per ons jika situasi ini berlanjut,” ujarnya dikutip dari Reuters, Sabtu (21 Juni 2025).

 

Situasi Geopolitik: Iran Luncurkan Rudal ke Israel

Pada hari kedelapan konflik antara Iran dan Israel, ketegangan masih meningkat. Iran kembali meluncurkan rudal ke wilayah selatan Israel, menargetkan kawasan perumahan dan fasilitas industri di Beersheba. Hingga kini, belum ada kejelasan mengenai kemungkinan keterlibatan militer AS. Meski Presiden Donald Trump disebut akan mengambil keputusan dalam dua minggu ke depan.

 

Kebijakan The Fed Menahan Emas

Sementara itu, The Fed memutuskan untuk tidak mengubah suku bunga acuan. Yang tetap berada di level 4,25-2,50 persen dalam rapat kebijakan bulan Juni 2025. Ini merupakan kali keempat bank sentral AS mempertahankan suku bunga tinggi, setelah sebelumnya memangkasnya terakhir kali pada Desember 2024.

Langkah The Fed ini dipicu oleh proyeksi inflasi yang masih tinggi, terutama akibat kebijakan tarif dari pemerintahan Trump. Meskipun demikian, bank sentral tetap memperkirakan akan ada pemangkasan suku bunga sebesar 50 basis poin (bps) tahun ini. Namun akan dilambatkan menjadi 25 bps pada tahun 2026 dan 2027.

 

Emas Tertekan, Tapi Permintaan Safe Haven Tetap Kuat

Kondisi suku bunga tinggi memang tidak mendukung harga emas, karena emas tidak memberikan imbal hasil seperti obligasi. Namun begitu, para analis memperkirakan permintaan terhadap emas akan tetap kuat. Terutama dari investor yang mencari aset aman (safe haven) dan bank sentral yang terus menambah cadangan logam mulia.

“Kami masih melihat permintaan emas yang stabil dari investor global, khususnya di tengah ketidakpastian geopolitik dan ekonomi. Hal ini akan menjadi penopang harga di kisaran saat ini,” kata Carsten Menke, analis dari Julius Baer.