UKM “Ditempa” Menembus Jalur Pemasaran Daring: Strategi dan Implementasi

infoemas.id – Usaha kecil dan menengah (UKM) di Indonesia kini didorong untuk bertransformasi agar bisa masuk ke jalur pemasaran daring. Dalam program kolaboratif antara SIG dan BRI, UKM mendapatkan pelatihan guna memperkuat kapabilitas digital mereka. Acara ini mengusung tema Enhancing Self Confidence, Strengthening Competitiveness. Tujuannya jelas: agar produk-produk lokal bisa menembus platform digital nasional dan internasional.

Menurut keterangan penyelenggara, banyak UKM justru belum siap menghadapi tantangan digital. Hal ini mencakup kelemahan dalam pemasaran online, pengemasan, branding, manajemen logistik, dan kepercayaan konsumen digital. Dengan pelatihan intensif, UKM “ditempa” agar lebih siap menghadapi persaingan digital.

Konten Pelatihan & Peningkatan Kapasitas

Materi yang diberikan mencakup strategi pemasaran digital, optimasi media sosial, teknik fotografi produk, pemanfaatan marketplace, dan logistik e-commerce. Peserta diajarkan mulai dari cara membuat konten menarik, pengemasan produk yang layak jual, hingga layanan pelanggan online yang responsif.

Dalam sesi tanya jawab, salah satu UKM menyampaikan tantangannya: “Kami belum punya tim khusus digital, jadi sulit melakukan pembaruan secara konsisten.” Pemberi materi kemudian menyoroti bahwa aspek SDM penting — UKM harus menyiapkan orang yang fokus pada transformasi digital.

Selain materi teknis, SIG dan BRI juga membuka akses modal dan kesempatan kemitraan. UKM yang lolos seleksi dapat memperoleh fasilitas pembiayaan khusus, agar mereka tak terbebani investasi awal untuk digitalisasi. Pendekatan ini dianggap sebagai insentif nyata agar UKM mau melangkah ke dunia daring.

Tantangan & Hambatan yang Masih Ada

Meski program ini menjanjikan, sejumlah tantangan masih mengintai. Pertama, infrastruktur digital di beberapa wilayah masih terbatas. Koneksi internet yang lambat dapat menghambat akses platform e-commerce dan media sosial. Kedua, literasi digital di kalangan pelaku UKM belum merata. Banyak pemilik usaha masih belum familiar dengan tools pemasaran online dan analytics.

Ketiga, persaingan di dunia daring sangat ketat. Produk lokal harus bersaing tidak hanya dengan sesama UKM nasional, tetapi juga merek internasional yang punya anggaran marketing besar. Dalam kondisi ini, brand awareness dan diferensiasi produk menjadi faktor penentu. Keempat, aspek logistik dan biaya pengiriman agar tetap efisien dan terjangkau menjadi tantangan bagi UKM di daerah terpencil.

Potensi Dampak & Rekomendasi Ke Depan

Jika transformasi ini berhasil, UKM akan memperoleh akses pasar yang jauh lebih luas, pendapatan meningkat, dan ketahanan usaha lebih baik terhadap guncangan ekonomi. Dengan kemampuan berjualan secara daring, mereka bisa menjangkau konsumen di luar wilayah lokal dan bahkan ekspor kecil-kecilan.

Agar hasil membaik, berikut rekomendasi bagi stakeholders:

  1. Pemerintah dan lembaga keuangan harus memperluas dukungan infrastruktur digital ke wilayah terpencil.

  2. Program pelatihan harus terus diperbarui mengikuti tren digital dan teknologi baru agar relevan.

  3. UKM perlu membentuk tim khusus digital dan melakukan evaluasi rutin atas kinerjanya.

  4. Kerja sama antara produsen, platform marketplace, dan logistik lokal harus diperkuat agar rantai distribusi efektif.

Transformasi UKM dari “konvensional” ke daring bukan proses instan. Namun dengan pembinaan, pembiayaan, dan dukungan ekosistem yang tepat, banyak usaha kecil dapat berkembang pesat di era digital. Inisiatif seperti yang dilakukan SIG dan BRI menunjukkan bahwa menyiapkan UKM agar mampu menjual produk secara daring bisa menjadi fondasi pertumbuhan ekonomi inklusif.