Jakarta, 14 Juni 2025 – Harga emas global kembali memecahkan rekor tertingginya di tengah meningkatnya konflik bersenjata antara Israel dan Iran. Ketegangan geopolitik yang memanas telah memicu aksi beli besar-besaran terhadap logam mulia, menjadikannya aset perlindungan utama bagi investor global.
Emas Cetak Rekor Penutupan Baru
Mengacu pada data dari Refinitiv, harga emas dunia ditutup pada level US$3.432,19 per troy ounce pada Jumat, 13 Juni 2025. Angka ini naik 1,42% dalam satu hari perdagangan dan menjadi penutupan tertinggi sepanjang sejarah, melampaui rekor sebelumnya sebesar US$3.424,30 yang terjadi pada April lalu.
Meskipun begitu, harga tertinggi intraday masih berada di bawah rekor lama, yakni hanya menyentuh US$3.446,2 per troy ounce, sementara rekor intraday sebelumnya masih dipegang oleh angka US$3.500,05 yang tercapai pada 22 April 2025.
Dalam sepekan terakhir, harga emas telah melonjak sekitar 3,7%, menandai arah penguatan yang stabil di tengah meningkatnya ketidakpastian global.
Ketegangan Timur Tengah Jadi Faktor Pendorong
Kenaikan signifikan ini terjadi setelah serangan udara yang diluncurkan oleh Israel ke wilayah Iran pada Jumat pagi. Iran langsung merespons dengan meluncurkan rudal ke arah Tel Aviv, meningkatkan ketegangan secara drastis di kawasan tersebut.
Pernyataan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebut serangan itu sebagai bagian dari upaya untuk menghentikan ambisi nuklir Iran. Ledakan besar terdengar di Yerusalem dan wilayah Teheran, memperkuat sinyal bahwa eskalasi konflik telah mencapai titik kritis.
Seorang juru bicara militer Israel melaporkan bahwa Iran telah meluncurkan sekitar 100 rudal dalam serangan balasannya. Meskipun sistem pertahanan udara berhasil mencegat sebagian besar rudal tersebut, sejumlah rudal tetap mencapai sasaran di Israel.
Investor Global Beralih ke Aset Aman
Ketidakstabilan geopolitik yang semakin dalam mendorong investor untuk mencari aset perlindungan. Emas kembali menjadi instrumen favorit sebagai safe haven dalam menghadapi ketidakpastian global.
Daniel Pavilonis dari RJO Futures menjelaskan bahwa kondisi seperti ini cenderung menimbulkan kepanikan pasar, yang berujung pada peningkatan minat terhadap logam mulia. Di sisi lain, Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyalahkan Iran atas meningkatnya konflik, seraya menuding negara itu menolak pembatasan terhadap program nuklirnya.
Prediksi Harga Emas Bisa Tembus US$4.000
Lembaga-lembaga keuangan global turut memberikan proyeksi optimistis terhadap harga emas. Goldman Sachs memperkirakan emas akan menembus US$3.700 per troy ounce pada akhir tahun 2025, bahkan bisa mencapai US$4.000 pada pertengahan 2026.
Sementara itu, Bank of America (BofA) menilai ada potensi harga emas menyentuh angka US$4.000 dalam kurun 12 bulan ke depan. Seiring dengan meningkatnya pembelian emas oleh bank sentral di berbagai negara sebagai cadangan devisa.
Namun demikian, Ole Hansen dari Saxo Bank mengingatkan bahwa lonjakan harga emas akibat konflik geopolitik biasanya bersifat sementara. Kecuali ketegangan tersebut berlanjut dan menimbulkan dampak ekonomi yang lebih luas.
Harga Fisik Melonjak di Asia
Di pasar Asia, khususnya di India, harga emas fisik telah menembus INR 100.000 per 10 gram. Menjadikan daya beli masyarakat terhadap emas mulai melemah. Meski begitu, para analis menilai tren jangka panjang masih positif.
Michele Schneider dari MarketGauge menyatakan bahwa reli harga emas kemungkinan besar akan diselingi oleh koreksi karena aksi ambil untung dari investor, namun arah tren jangka panjang masih tetap menguat.
Sementara itu, analis Michael Brown dari Pepperstone menekankan bahwa perkembangan situasi global saat ini sekali lagi menegaskan pentingnya emas sebagai alat lindung nilai dalam portofolio investasi.