“Duet Maut” BRMS dan BUMI Seret Dana Asing ke BEI: Tren & Potensi Ke Depan

infoemas.id – Dalam periode perdagangan 22–26 September 2025, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat aliran dana asing yang signifikan ke pasar ekuitas. Total net buy asing menyentuh angka Rp 5,09 triliun, lebih tinggi dibandingkan pekan sebelumnya yang mencapai Rp 3,03 triliun. Berdasarkan data dari Stockbit Sekuritas, dua saham menjadi sorotan utama sebagai penarik dana asing terbesar: PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) dan PT Bumi Resources Tbk (BUMI).

Investor asing mencatatkan net buy sebesar Rp 396,7 miliar pada saham BRMS dalam pekan itu. Di posisi berikutnya, BUMI menerima net buy asing senilai Rp 375,3 miliar. Sementara itu, saham PT Astra International Tbk (ASII) menempati peringkat ketiga, dengan net buy asing sebesar Rp 199,7 miliar.

Minggu tersebut ditutup dengan aktivitas beli asing tertinggi pada Jumat 26 September, mencapai Rp 583,1 miliar. Tahun berjalan ini, total net sell asing berkurang menjadi Rp 53,59 triliun menurut catatan BEI.

Faktor Penarik: Emas & Eksposur Global

Masuknya BRMS ke dalam portofolio reksa dana VanEck Gold Miners ETF (GDX) menjadi katalis utama arus modal asing. Diperkirakan akan ada injeksi dana asing sebesar US$ 80 juta ke saham BRMS. Menurut Sucor Sekuritas, alokasi ini bisa lima kali lipat rata-rata volume perdagangan BRMS harian.

Sucor membahas bahwa dalam empat bulan terakhir, performa reksa dana GDX meningkat hingga 52%, melebihi kenaikan harga emas global yang “hanya” 16%. Hal ini memicu sentimen rotasi modal ke saham-saham pertambangan emas yang dianggap lebih aman dan potensial.

BRMS sendiri memiliki cadangan emas terbukti hingga 5 juta ton, menjadikannya salah satu pemain terbesar di Indonesia di sektor ini. Karena itu, Sucor Sekuritas mempertahankan rekomendasi buy untuk BRMS dengan target harga Rp 750 per saham.

Sementara itu, BUMI memegang posisi strategis sebagai induk perusahaan Grup Bakrie dan Salim, dengan beberapa anak usaha termasuk BRMS. Hal ini memberi integrasi vertikal yang menarik bagi investor institusional.

Dinamika dan Risiko Pasar

Walau BRMS dan BUMI menjadi sorotan, tren net buy asing tidak merata di semua sektor. Kehadiran aktivitas beli asing di ASII menjadi bukti bahwa investor juga menyukai perusahaan blue chip selain saham komoditas.

Namun, ketergantungan pada aliran modal asing memiliki risiko. Penarikan dana (outflow) mendadak dapat memicu gejolak harga saham. Selain itu, eksposur terhadap volatilitas pasar global—terutama harga emas dan suku bunga AS—menjadi faktor yang perlu diperhitungkan.

Bagi analis dan pelaku pasar, penting untuk memantau kesinambungan net buy asing serta bagaimana arus global menyalurkan modal ke Indonesia. Ke depan, saham tema pertambangan dan energi berpotensi tetap menjadi favorit, tetapi pelaku pasar harus memperhatikan diversifikasi dan sensitivitas terhadap faktor eksternal.