Lonjakan Signifikan Harga Emas Antam: Apa yang Terjadi?

infoemas.id – Harga emas batangan PT Aneka Tambang Tbk (Antam) kembali menunjukkan kenaikan tajam pada pekan ini. Laporan menyebut, emas Antam melonjak sebesar Rp 69.000 dalam periode 22–27 September 2025 dibandingkan pekan sebelumnya. Kenaikan tersebut menarik perhatian pelaku pasar dan investor emas di Tanah Air.

Di tengah lonjakan itu, harga buyback (pembelian kembali) emas Antam juga bergerak serupa, mengikuti trend positif. Dengan begitu, margin antara harga jual dan harga beli kembali tetap menjadi salah satu aspek yang diperhatikan oleh investor yang ingin mencairkan emas mereka.

Detail Harga & Rekor Terbaru

Dalam catatan media, pada perdagangan Rabu, 24 September 2025, harga emas Antam per gram berada di angka Rp 2.174.000, naik Rp 10.000 dari posisi sebelumnya Rp 2.164.000. Lonjakan ini sekaligus menjadikan harga tersebut sebagai rekor tertinggi sepanjang masa untuk emas batangan Antam.
Sementara itu, harga buyback emas Antam pada hari yang sama menyentuh Rp 2.021.000 per gram.

Tren kenaikan juga terlihat dalam ukuran-ukuran lain:

  • 0,5 gram: Rp 1.137.000

  • 2 gram: Rp 4.288.000

  • 5 gram: Rp 10.645.000

  • 10 gram: Rp 21.235.000

  • 25 gram: Rp 52.962.000

  • 50 gram: Rp 105.845.000

  • 100 gram: Rp 211.612.000

  • 250 gram: Rp 528.765.000

  • 500 gram: Rp 1.057.320.000

  • 1.000 gram: Rp 2.114.600.000

Melihat perkembangan tersebut, margin antara harga jual dan harga buyback tercatat sekitar Rp 153.000 per gram, seperti yang tercermin dalam data terbaru.

Pada Kamis (25/9/2025), terjadi sedikit koreksi: harga emas Antam turun Rp 3.000 menjadi Rp 2.171.000 per gram, dan harga buyback ikut merosot ke Rp 2.018.000 per gram. Namun penurunan ini dinilai sebagai penyesuaian minor di tengah tren kenaikan jangka panjang.

Faktor Pengerek Kenaikan Harga Emas

Beberapa faktor memicu lonjakan harga emas Antam:

  1. Performa emas global
    Harga emas dunia dalam beberapa hari terakhir menunjukkan tren menguat, dan investor global semakin berburu aset safe haven.

  2. Ekspektasi suku bunga AS
    Pasar memperkirakan bahwa Federal Reserve bisa melonggarkan kebijakan moneter atau menahan suku bunga agar tidak terlalu agresif, sehingga mendorong permintaan emas sebagai instrumen lindung nilai.

  3. Kelemahan dolar AS
    Saat dolar melemah, harga emas yang dihitung dalam dolar menjadi relatif lebih menarik, sehingga meningkatkan tekanan beli terhadap logam mulia.

  4. Permintaan domestik
    Investor lokal memandang emas sebagai diversifikasi aset. Dengan tren kenaikan berkelanjutan, antusiasme investor ritel terhadap emas batangan meningkat.

Dengan kondisi tersebut, emas kembali tampil sebagai instrumen investasi yang diperhitungkan dalam portofolio jangka menengah hingga panjang.

Prospek & Implikasi bagi Investor

Kenaikan tajam Rp 69.000 dalam seminggu menunjukkan bahwa pasar emas domestik masih sangat responsif terhadap dinamika global. Namun investor perlu tetap berhati-hati, karena volatilitas jangka pendek bisa muncul ketika ada kebijakan ekstrem dari bank sentral AS atau gejolak geopolitik.

Bagi pemilik emas Antam, peluang untuk menjual kembali tetap terbuka, meski potongan pajak untuk transaksi buyback di atas Rp 10 juta perlu diperhitungkan sesuai ketentuan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 34/PMK.10/2017. Besaran PPh Pasal 22 adalah 1,5% bagi pemilik NPWP dan 3% bagi non-NPWP, yang langsung dipotong dari nilai transaksi.

Jika tren emas global berlanjut dan suku bunga AS stabil, harga emas Antam berpotensi menembus level baru. Investor yang ingin masuk pasar emas bisa memanfaatkan momen ini, dengan tetap memantau kondisi global dan makro.