Bos BI Sebut Tekanan Ganda Jadi “Biang Kerok” Rupiah Melemah

infoemas.id –  Bank Indonesia menegaskan pelemahan rupiah tidak terjadi karena satu faktor tunggal, melainkan akibat kombinasi tekanan global dan domestik. Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut nilai tukar rupiah bergerak di kisaran Rp16.607 per dolar AS. Kondisi ini dipengaruhi sentimen internasional dan faktor dalam negeri yang saling berkaitan. Ia menegaskan BI berkomitmen penuh menjaga stabilitas rupiah di tengah gejolak pasar.

Riwayat Pergerakan dan Upaya Stabilisasi

Beberapa bulan lalu, rupiah sempat menembus Rp17.000 per dolar AS akibat pengumuman kebijakan tarif resiprokal. Tekanan itu memicu kepanikan sementara, meski langkah stabilisasi cepat dilakukan oleh BI untuk mengendalikan gejolak. Setelah intervensi, rupiah berhasil menguat kembali ke sekitar Rp16.300 per dolar AS. Namun, tekanan eksternal terus muncul dan membuat rupiah kembali melemah. Untuk menjaga stabilitas, BI menjalankan berbagai strategi, mulai dari intervensi spot, transaksi NDF, hingga pembelian SBN di pasar sekunder. Langkah ini penting guna menjaga likuiditas dan kepercayaan pelaku pasar.

Dampak Kebijakan The Fed dan Faktor Domestik

Pelemahan rupiah semakin jelas terlihat ketika The Fed memangkas suku bunga acuan, yang awalnya membuat dolar AS melemah. Namun, kondisi itu justru menciptakan gejolak di pasar global yang ikut menekan mata uang negara berkembang. Tekanan eksternal bertambah dengan faktor domestik seperti neraca dagang, kondisi fiskal, serta arus modal asing yang berfluktuasi. BI menilai faktor-faktor tersebut harus dipantau bersama karena memiliki keterkaitan erat. Stabilitas rupiah sangat bergantung pada interaksi kebijakan global dan respon kebijakan domestik.

Strategi BI dan Ekspektasi Pasar ke Depan

Bank Indonesia memastikan tidak akan membiarkan rupiah melemah lebih dalam tanpa pengendalian. Intervensi terus dilakukan secara terukur agar pasar tetap kondusif. Perry menegaskan nilai tukar rupiah adalah bagian integral dari stabilitas ekonomi nasional, sehingga kebijakan harus berhati-hati. BI akan melanjutkan strategi bauran kebijakan moneter untuk menjaga keseimbangan di pasar keuangan. Ekspektasi pelaku pasar kini tertuju pada arah kebijakan The Fed, data ekonomi Amerika, serta arus modal asing. Faktor domestik seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan penerimaan fiskal juga akan mempengaruhi pergerakan rupiah. Dengan kondisi tersebut, BI menekankan pentingnya sinergi kebijakan agar tekanan nilai tukar dapat terkendali.