infoemas.id – Bursa Efek Indonesia (BEI) menghentikan sementara perdagangan saham PT VKTR Teknologi Mobilitas Tbk (VKTR). Suspensi mulai sesi I pada Jumat, 3 Oktober 2025, dilakukan menyusul lonjakan harga saham yang sangat tajam.
Lonjakan Harga dan Riwayat Suspensi
Saham VKTR melonjak hingga 26% di hari itu, mencapai harga Rp 252 per lembar. Dalam sebulan terakhir, katalis kenaikan mencapai 127%, dari Rp 111 menjadi Rp 252.
VKTR telah disuspensi tiga kali dalam sebulan: pertama saat harga Rp 114, kemudian saat Rp 232, dan kali ini pada Rp 252.
BEI menyebut penghentian ini dilakukan untuk melindungi investor dari potensi gejolak pasar.
Selain VKTR, dua emiten lain — ESTA dan SOFA — juga digembok akibat lonjakan harga signifikan. ESTA naik 134,78% sebulan terakhir, SOFA naik 205,66%.
Pernyataan Manajemen & Keterbukaan Informasi
Direktur VKTR, Achmad Amri Aswono Putro, menyatakan bahwa perusahaan tidak menunda pengumuman material apa pun.
VKTR mengaku sudah mematuhi POJK Nomor 31 Tahun 2015 dan aturan BEI terkait keterbukaan informasi.
Manajemen menegaskan siap melaporkan setiap perubahan kepemilikan pemegang saham utama bila diperlukan.
BEI mengimbau pihak berkepentingan untuk selalu memperhatikan transparansi informasi dari emiten.
Tantangan & Prospek VKTR ke Depan
Meskipun dibayangi suspensi, VKTR optimistis kinerja akan membaik. Perusahaan menargetkan pemulihan laba dan pendapatan pada semester II 2025.
Pada semester pertama 2025, VKTR mencatat laba bersih turun drastis 68,69% dibandingkan periode sama tahun lalu.
VKTR memperoleh tender produksi 80 unit bus listrik 12 meter untuk TransJakarta. Produksi dan pengiriman ditargetkan pada kuartal keempat.
Perusahaan juga menegaskan pembangunan pabrik CKD di Magelang untuk mendukung produksi dalam negeri.
Suspensi perdagangan saham VKTR mencerminkan ketidakpastian pasar terhadap emiten teknologi tinggi yang sedang tumbuh. Meski manajemen menjamin keterbukaan informasi, investor akan terus mengamati perkembangan lanjutan — mulai dari hasil audit, kepemilikan, hingga realisasi proyek bus listrik — untuk menilai apakah lonjakan harga saham saat ini beralasan fundamental atau spekulatif.
