infoemas.id – Harga emas dunia kembali mencetak rekor, dan sentimen positif itu turut mendorong lonjakan harga saham emiten pertambangan. Investor pun memusatkan perhatian pada perusahaan tambang emas yang mencatatkan kinerja luar biasa di tengah sentimen global yang menguat.
Harga Emas & Pengaruhnya ke Saham Tambang
Menurut data Reuters, harga emas spot dunia kini menyentuh US$ 3.851,99 per ons. Di pasar domestik, harga emas Antam pada hari Jumat, 3 Oktober 2025, tercatat Rp 2.235.000 per gram, meningkat dari Rp 2.044.000 pada awal bulan.
Kenaikan harga emas ini membuka ruang bagi para investor mencari aset defensif di tengah ketidakpastian ekonomi global. Sentimen “safe haven” kembali menguat, terutama untuk logam mulia dan saham – khususnya emiten emas.
Saham-saham Emas yang Meroket
Salah satu pemain utama di sektor ini adalah PT Aneka Tambang Tbk (ANTM). Saham ANTM menguat sekitar 1,61 % pada pembukaan perdagangan hari ini dan sepanjang tahun ini mencatat kenaikan 107,21 %, dari Rp 1.355 menjadi Rp 3.160 per saham. Investor asing juga aktif, dengan net foreign buy mencapai Rp 5,32 triliun sepanjang tahun.
Selanjutnya, saham PT Merdeka Gold Resources Tbk (EMAS) juga mencuri perhatian. Sejak IPO, EMAS meningkat cukup tajam, sempat menyentuh level Auto Reject Atas (ARA). Meski sempat melemah 1,29 % di awal perdagangan, tren kenaikan jangka panjang tetap ia pertahankan.
Kelompok lain yang ikut tumbuh adalah perusahaan produsen perhiasan emas, seperti PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA). Meskipun pada sesi perdagangan hari ini HRTA melemah 2,09 %, sepanjang tahun ia mencatat kenaikan 164,12 % — dari Rp 312 ke Rp 935 per saham.
Faktor-Faktor yang Menopang Tren Positif
Daya tarik emas sebagai aset pelindung nilai tetap kuat. Gejolak ekonomi global, ketidakpastian pasar keuangan, dan prospek inflasi tinggi mendorong investor mencari lindung nilai melalui logam mulia.
Pada sisi operasional, Merdeka Gold baru saja mengumumkan pencapaian first mining di Tambang Emas Pani, Gorontalo. Proyek ini memiliki potensi besar: cadangan lebih dari 7 juta ons emas dan kemungkinan kapasitas produksi tinggi seiring pengembangan fasilitas CIL (Carbon in Leach).
Perusahaan juga merancang ekspansi kapasitas: dari heap leach ke CIL, hingga kapasitas pengolahan total mencapai 19 juta ton bijih per tahun. Proyeksi produksi puncak bisa mencapai 500.000 ons emas per tahun, jika skala penuh tercapai.
Tantangan dan Waspada Investor
Meskipun tren positif terlihat jelas, investor tetap harus berhati-hati. Kenaikan harga emas yang terlalu cepat bisa memicu koreksi. Beberapa pakar menyebut bahwa momen ini bisa jadi saat untuk merealisasi sebagian keuntungan.
Selain itu, lonjakan permintaan terhadap saham pertambangan bisa membuat volatilitas tinggi, terutama bila hasil produksi atau harga komoditas lainnya tidak mendukung. Pemerintah juga memiliki kebijakan fiskal atau regulasi yang bisa memengaruhi sektor tambang.
